PENGERTIAN CERITA PENDEK
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.Cerita
pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain
yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan
teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih
luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam
berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan
cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur,
dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Cerpen
adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita
tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek. Atau definisi
cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian
kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang
berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud dari cerita pendek disini ialah ceritanya
kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman.
Selain itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan
diri pada satu tokoh dan satu situasi saja.
Cerpen adalah karangan pendek
yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang
penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung
kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).
Nugroho Notosusanto (dalam
Tarigan, 1993:176) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di
sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan
lengkap pada dirinya sendiri.
Menurut menurut, H.B. Jassin
Sang Paus Sastra Indonesiamengatakan bahwa: yang disebut cerita pendek harus
memiliki bagian perkenalan, pertikaian, & penyelesaian.
Sedangkan menurut, A. Bakar
Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa: yang disebut cerita
pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai:
antara 500 – 20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, & adanya
satu kesan.
Dan menurut, Aoh. KH,
mendefinisikan bahwa: cerpen adalah salah satu ragam fiksi / cerita rekaan yang
sering disebut kisahan prosa pendek.
Berikut ini pengertian cerpen menurut beberapa ahli
Inilah
beberapa Pengertian cerpen menurut para ahli, dapat kamu baca dibawah ini:
Pengertian
Cerpen Menurut Para Ahli
Berikut
pendapat para ahli mengenai penjelasan tentang cerpen.
- Sumardjo dan Saini
Cerpen
adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi
kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.
- Menurut KBBI
Cerpen
berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai
bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan
pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan
serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
- Nugroho Notosusanto dalam Tarigan
Cerpen
atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000
kata atau perkiraan hanya 17 hlm kuarto spasi rangkap serta terpusat pada
dirinya sendiri.
- Hendy
Cerpen
ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal.
- Aoh. K.H
Cerpen
merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan
prosa pendek.
- J.S. Badudu
Cerpen
merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja.
Menurut
pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus
memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.
ASAL USUL
CERPEN
Cerita pendek bermula pada
tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer.
Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi
yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong
orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini
dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu
kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan
bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel,
yang umumnya berupa cerita rakyat
dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang
budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain
yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop).
Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel
Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait
istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan
sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang
populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita
berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita
kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita
yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya
Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita
mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita
pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi
seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang
singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang
bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta
Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot
berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita
lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14,
terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury
Tales dan karya Giovanni Boccaccio
Decameron. Kedua buku ini disusun dari
cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi
sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif
yang lebih besar (sebuah cerita
kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh
semua penulis. Pada akhir abad ke-16,
sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah
"novella" kelam yang tragis karya Matteo
Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa
Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan
novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang
seperti Madame
de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai
diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan
modern pertama Seribu Satu Malam
karya Antoine
Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12)
menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Cerita-cerita pendek modern
Cerita-cerita pendek modern
muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari
kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka
(1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales
of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales
(1842) karya Nathaniel Hawthorne.
Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan
pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya.
Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah
"Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka,
seperti The Atlantic
Monthly, Scribner's,
dan The Saturday Evening Post, semuanya
menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan
cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita
itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald
berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita
pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada
1952 majalah Life
menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan
Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar
hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah
komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun
beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat
kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini
telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat
ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir
menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.
STRUKTUR CERPEN
Struktur
teks cerpen dintaranya ada 6 (enam) bagian yaitu:
Dalam pembuatan cerpen kita juga
harus mengetahui tentang kerangka atau struktur dari sebuah cerpen. Adapun
struktur cerpen itu sendiri terdiri dari abstrak, orientasi,
komplikasi, evaluasi, resolusi dan koda. Untuk lebih jelasnya,
mari kita bahas kerangka tersebut satu persatu:
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan dari
sebuah cerita. Abstrak merupakan inti dari cerita yang akan dikembangkan
menjadi beberapa rangkaian kejadian. Abstrak juga bisa disebut sebagai gambaran
awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang mana dalam sebuah cerpen,
kita boleh tidak menggunakan abstrak.
2. Orientasi
Orientasi adalah hal-hal yang
berhubungan dengan suasana, tempat dan waktu yang ada dalam cerita tersebut.
Biasanya orientasi tidak hanya terpaku pada satu tempat, suasana dan waktu.
Karena dalam sebuah cerita terdapat banyak kejadian dan tokoh yang
berbeda-beda.
3. Komplikasi
Komplikasi merupakan rangkaian
kejadian-kejadian yang berhubungan dan ber risikan tentang sebab akibat
kejadian sebuah cerita. Dalam struktur ini kamu bisa menentukan watak atau
karakter dari tokoh cerita. Watak atau karakter dari tokoh dapat muncul karena
kerumitan permasalahan yang mulai terlihat.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur dari
konflik-konflik yang terjadi dalam cerita yang mengarah pada titik klimaks atau
puncak permasalahan dan mulai mendapatkan gambaran penyelesaian dari konflik
tersebut. Struktur ini merupakan struktur yang sangat penting. Karena struktur
ini sangat menetukan menarik tidaknya suatu cerita. Dalam struktur ini penulis
dapat menyajikan konflik-konflik yang mampu mebuat hati pembaca terbawa
suasana. Sehingga pembaca lebih menghayati dan menjiwai karakter yang ada dalam
cerita ini.
5. Resolusi
Resolusi merupakan penyelesaian
dari evaluasi. Biasanya resolusi sangat dinanti-nati oleh pembaca, karena pada
struktur ini pengarang memberikan solusi mengenai permasalahan yang dialami
seorang tokoh atau pelaku dalam cerita.
6. Koda
Koda ialah nilai ataupun
pelajaran yang dapat diambil dari suatu cerita. Koda merupaka hikmah yang
terkandung dalam cerita. Koda biasanya dapat diketaui setelah pembaca semua
cerita dalam cerpen yakni dari permulaan hingga ahir dari cerita. Koda dapat
berupa nasehat, pelajaran dan peringatan bagi pembacanya.
CIRI-CIRI CERPEN
Ciri-Ciri Cerpen
- Jalan
ceritanya lebih pendek dari novel
- Sebuah
cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
- Biasanya
isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
- Tidak
menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang
digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
- Tokoh
dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada
tahap penyelesainnya.
- Pemakaian
kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
- Kesan
yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca
dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
- Biasanya
hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
- Memiliki
alur cerita tunggal dan lurus.
- Penokohan
pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat
UNSUR-UNSUR CERPEN
Cerita pendek cenderung kurang
kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian
pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh
yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang
lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur
dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya);
komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang
meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka
terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian
konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting);
penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita
pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh,
cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih
umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi.
Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga
mengandung klimaks, atau titik balik. Namun, akhir dari banyak cerita pendek
biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak)
pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni
manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen mempunyai 2 unsur
yaitu:
Unsur intrinsik cerpen
A.
Tema
Gagasan
pokok yang mendasari dari sebuah cerita. Tema-tema pada umumnya yang terdapat
dalam sebuah cerita biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita
(tersurat) dan tidak langsung, dimana si pembaca harus bisa menyimpulkan
sendiri (tersirat).
B.
Alur (Plot)
Jalan
dari cerita sebuah karya sastra. Secara garis besarnya urutan tahapan alur
dalam sebuah cerita antara antara lain: perkenalan > mucul konflik atau
permasalahan > peningkatan konflik – puncak konflik atau klimaks >
penurunan konflik > penyelesaian.
C.
Setting atau latar
Kalau
setting sangat berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah cerita
tersebut.
D.
Tokoh Atau Pelaku
Yaitu
pelaku pada sebuah cerita. Setiap tokoh biasanya mempunyai watak , sikap, sifat
dan juga kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter. Dalam
cerita terdapat tokoh protagonis (tokoh utama dalam sebuah cerita), antagonis
(lawan dari tokoh utama atau protagonis) dan tokoh figuran (tokoh
pendukung untuk cerita).
E.
Penokohan (perwatakan)
Pemberian
sifat pada tokoh atau pelaku cerita. Sifat yang telah diberikan akan tercermin
pada pikiran, ucapan, serta pandangan tokoh terhadap sesuatu. Metode penokohan
ada 2 (dua) macam diantaranya:
Metode
analitik adalah metode penokohan yang memaparkan ataupun menyebutkan sifat
tokoh secara langsung, misalnya seperti: penakut, sombong, pemalu, pemarah,
keras kepala, dll.
Metode
dramatik adalah suatu metode penokohan secara tidak langsung memaparkan atau
menggambarkan sifat tokoh melalui: Penggambaran fisik (Misalnya berpakaian,
postur tubuh, bentuk rambut, warna kulit, dll), penggambaran melalui percakapan
yang dilakukan oleh tokoh lain, Teknik reaksi tokoh lain (berupa pandangan,
pendapat, sikap, dsb).
F.
Sudut Pandang (Point of View)
Adalah
visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Ada beberapa
macam sudut pandang, diantaranya yaitu sudut pandang orang pertama (gaya bahasa
dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ke-3), dan
sudut pandang campuran. Sudut pandang sama juga dengan kata ganti orang. Secara
umum, sudut pandang atau kata ganti orang dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Kata ganti orang pertama (orang yang berbicara):
- Tunggal,
yaitu ditandai oleh kata “aku , saya” dll.
- Jamak,
yaitu ditandai oleh “kata kami dan kita”.
2.
Kata ganti orang kedua (orang yang dibicarakan)
- Tunggal,
yaitu ditandai oleh kata “kamu, engkau, saudara, ada, bapak,” dll.
- Jamak,
yaitu ditandai oleh kata “kalian”.
3.
Kata ganti orang ketiga (orang yang dibicarakan)
- Tunggal,
yaitu ditandai oleh kata “Ia, dia, beliau,” dll.
- Jamak,
taitu ditandai oleh kata “mereka”.
G.
Amanat atau pesan
Yaitu
amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya kepada pembaca
atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan sebagainya.
Unsur ekstrinsik cerpen
Unsur
ekstrinsik cerpen adalah unsur yang membentuk yang terdapat di luar cerpen itu
sendiri(unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur-unsur ekstrinsik dari
cerpen tidak bisa terlepas dari keadaan masyarakat saat diman cerpen itu dibuat
oleh si penulis. Unsur ini sangat memiliki banyak pengaruh pada penyajian
amanat maupun latar belakang dari cerpen itu sendiri. Dibawah ini akan unsur
ekstrinsik dari cerpen diantaranya:
A.
Latar belakang masyarakat
Yaitu
pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat sangat lah berpengaruh besar
terhadap terbentuknya sebuah cerita khususnya cerpen. Pemahaman itu bisa berupa
pengkajian Ideologi negara, kondisi politik negara, kondisi sosial masyarakat,
sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
B.
Latar belakang pengarang
Ini
bisa meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup dan sejarah hasil karangan
yang sebelumnya. Latar belakang pengarang biasanya terdiri dari:
- Biografi,
Ini berisikan mengenai riwayat hidup pengarang cerita, yang ditulis secara
keseluruhan.
- Kondisi
psikologis, ini berisi mengenai pemahaman kondisi mood atau keadaan yang
mengharuskan seorang pengarang menulis cerita atau cerpen.
- Aliran
Sastra, seorang penulis pastinya akan mengikuti aliran sastra tertentu.
Ini sangatlah berpengaruh pada gaya penulisan yang dipakai oleh penulis
dalam menciptakan sebuah karya sastra.
UKURAN
CERPEN
Menetapkan apa yang memisahkan
cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang
problematik. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus
dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam
esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada
1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah
kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita
pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari
20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang
dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi
kilat (flash fiction).
Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke
dalam novelette, novella, atau novel.
GENRE
CERPEN
Cerita pendek pada umumnya
adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi
seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita
pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi
seperti catatan
perjalanan, prosa
lirik dan varian-varian pasca
modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.
FUNGSI SASTRA DALAM CERPEN
Fungsi sastra dalam cerpen dibagi dalam lima
golongan yaitu :
- Fungsi
rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para
penikmat atau pembacanya.
- Fungsi
didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya
karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
- Fungsi
estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para
pembacanya.
- Fungsi
moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat
atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi
dirinaya.
- Fungsi
relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan
bagi para penikmatnya atau pembacanya.
CONTOH CERPEN
1.
Perjuangan
“Jadilah
gadis yang optimis, jangan pesimis. Yakin kamu bisa!” Jasmine terus
menyemangati sahabatnya, Vanny.
Vanny,
ialah gadis berbakat dalam bidang matematika yang saat ini sedang di karantina
mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika tingkat SD, senasional. Setiap
hari, Jasmine mendoakan dan menyemangati Vanny yang sedang bekerja keras
membanggakan sekolah dan provinsi. Vanny tersenyum dan akan memeras otak demi
orang yang disayang dan dicintanya, banyak pelajaran yang susah baginya. Namun,
ia tak pernah berputus asa.
“Jumlah
angka…” Di tengah malam, Vanny sedang belajar, tiba-tiba dering SMS terdengar.
“Oh Dari Jasmine,” Vanny tersenyum melihat SMS Jasmine, yang isinya, “Hei sahabatku, kamu sedang apa? Maaf aku men-SMS kamu di tengah malam. Semangat ya, 2 minggu lagi sudah lomba. Teruslah bekerja keras, kami di sini mendoakanmu!” Vanny membalasnya dengan penuh keceriaan walau kantuk menyerangnya. Akhirnya, Vanny pun tertidur pulas karena lelah belajar, ya itulah keseharian Vanny setiap hari.
“Hoaahh…” Vanny menguap kencang, ia segera mengambil wudu dan melaksanakan salat tahajud. Dipegangnya tasbih dan berdoa agar dapat membanggakan nama provinsinya, terutama Jasmine.
“Oh Dari Jasmine,” Vanny tersenyum melihat SMS Jasmine, yang isinya, “Hei sahabatku, kamu sedang apa? Maaf aku men-SMS kamu di tengah malam. Semangat ya, 2 minggu lagi sudah lomba. Teruslah bekerja keras, kami di sini mendoakanmu!” Vanny membalasnya dengan penuh keceriaan walau kantuk menyerangnya. Akhirnya, Vanny pun tertidur pulas karena lelah belajar, ya itulah keseharian Vanny setiap hari.
“Hoaahh…” Vanny menguap kencang, ia segera mengambil wudu dan melaksanakan salat tahajud. Dipegangnya tasbih dan berdoa agar dapat membanggakan nama provinsinya, terutama Jasmine.
“Hari
ini hari Rabu, 1194 hari lagi adalah hari… 1194 bagi 7.. 170 sisa 4. Rabu
ditambah 4 hari…. Hari Minggu! Mmm… jumlah dari 1 tambah 2 tambah 3 sampai 61
adalah…. 62 bagi 2 31 dikali 61 jadi…. 1891!” Vanny tersenyum puas mengerjakan
bekal yang dibawanya sebulan lalu. Menit demi menit berlalu, dengan khusyuk
Vanny mengerjakan soalnya dengan tepat walau lambat. Tetes-tetes keringat
mengalir di wajahnya, walau begitu Vanny tetap bersemangat, kerjanya di sana
hanya berdoa, SMS-an dengan Jasmine, belajar, belajar, dan belajar!
“Vanny
ingat besok sudah lomba, ingat ya kamu harus optimis jangan pesimis, terus
vitaminnya diminum tuh. Jangan lupa berdoa ya besok! Pagi-pagi kamu harus
belajar lagi ya! Sekarang sudah mandi belum? Eh iya, kamu sudah makan belum?
Nanti sakit loh… Kalau sakit gak bisa lomba, kalau gak bisa lomba gak bisa
menang, kalau gak menang gak bisa disambut sama pak gubernur loh. Mmm… semua
sudah disiapkan kan? Pensil, penghapus, pena, tipe-x, sama penggaris sudah
dibawa kan? Besok tulisannya dicek lagi yang rapi dan jelas ya… Bla bla bla…”
Hari itu,
karantina belajar diliburkan seharian Jasmine menelepon Vanny, Vanny
mendengarkan sambil belajar. Panjang lebar Jasmine bicara, tiba-tiba sambungan
terputus dan Vanny tak menyadarinya. “Vanny, maaf kemarin pulsaku habis dan
sudah diisi kok, eh kamu sudah salat belum. Lagi apa?” Jasmine kembali
menelepon Vanny yang sedang memastikan barang yang akan dibawanya nanti.
“Waalaikumsalam….”
“Hehe maaf, kamu semangat ya lombanya!”
“Iya, doakan aku biar dapat juara,”
“Waalaikumsalam….”
“Hehe maaf, kamu semangat ya lombanya!”
“Iya, doakan aku biar dapat juara,”
“Sip
sekarang kamu lagi apa?”
“Lagi mau nyiapin barang terus belajar,”
“Salat sudah belum?”
“Sudah,”
“Ohh… Vitamin sudah diminum,”
“Sudah kok,”
“Kalau makan?”
“Lagi mau nyiapin barang terus belajar,”
“Salat sudah belum?”
“Sudah,”
“Ohh… Vitamin sudah diminum,”
“Sudah kok,”
“Kalau makan?”
“Belum
sih…”
“Makan gih nanti gak ada energi sama gak bisa berpikir loh. Kalau gak bisa berpikir banyak yang kosong sama salah, terus nanti gak bisa menang. Kalau gak bisa menang kami bakal kecewa, kamu kan sudah bilang gak bakal kecewain kami. Terus nanti gak bisa ketemu sama pak gubernur,” Mulut Jasmine menyerocos panjang lebar tak henti-henti. “Iya deh bos…”
“Makan gih nanti gak ada energi sama gak bisa berpikir loh. Kalau gak bisa berpikir banyak yang kosong sama salah, terus nanti gak bisa menang. Kalau gak bisa menang kami bakal kecewa, kamu kan sudah bilang gak bakal kecewain kami. Terus nanti gak bisa ketemu sama pak gubernur,” Mulut Jasmine menyerocos panjang lebar tak henti-henti. “Iya deh bos…”
Lomba
telah dimulai, detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, jam demi jam
berlalu. Sudah 3 jam Vanny lewati untuk mengerjakan soal soal itu. Dengan
tenang dan khusyuk Vanny mengerjakan. Tak ada terdengar suara berisik di dalam
ruangan besar itu. Sampai akhirnya, waktu pun habis. Pengumumannya adalah
besok. Hari itu juga, banyak yang BBM, SMS, MMS, telepon, FB, IG, Twitter,
Wetalk, Line, dan SOSMED lainnya menghubungi Vanny. Satu per satu Vanny
menanggapinya, dengan kesabaran yang luar biasa.
“Sepertinya,
mereka mengharapkanku agar menjadi juara. Kalau aku tak menjadi juara, mereka
pasti akan kecewa. Oh ya Allah berikanlah jalan yang tepat untukku…” Malam itu,
Vanny memandangi langit yang dipenuhi bintang kerlap kerlip, ia tersenyum
membaca doa tidur dan tersenyum.
“Medali perunggu … Bla bla bla yang mendapat medali emas bla bla bla bla bla bla bla bla…” MC hanya berbicara panjang lebar menatap sebuah kertas sampai akhirnya terdengar nama Vania Sarasati, nama panjang Vanny. Tak peduli ia mendapat medali apa, ia langsung maju ke depan panggung.
“Medali perunggu … Bla bla bla yang mendapat medali emas bla bla bla bla bla bla bla bla…” MC hanya berbicara panjang lebar menatap sebuah kertas sampai akhirnya terdengar nama Vania Sarasati, nama panjang Vanny. Tak peduli ia mendapat medali apa, ia langsung maju ke depan panggung.
Perasaan
bangga dan haru ada di hati Vanny, ia berhasil mendapat medali emas dengan
nilai tertinggi. Tak sia-sia perjuangannya bisa mendapat juara selama ini.
Sudah 2 tahun ia belajar bersungguh-sungguh hanya karena itu. Semua bersorak
riang menyelamati Vanny. Semua bertepuk tangan dengan meriah tersenyum bangga.
Vanny hanya bisa diam dan tersenyum, saat pulang Vanny disambut banyak orang.
Seperti di sana, semua menyelamati satu per satu Vanny tanggapi dengan diam.
Cerpen
Karangan: Tita Larasati Tjoa
Dahulu kala, di hutan yang jauh dari
kehidupan manusia, hiduplah beberapa hewan. Dimana mereka saling membutuhkan
satu sama lain, saling bekerja sama, dan mereka menganggap seperti keluarga
walaupun berbeda jenis. Elin, adalah seekor kelinci betina. Ia sudah tidak
memiliki orangtua sewaktu dia menatap dunia ini, tak ada yang tahu ke mana
orangtuanya pergi, apakah mati? Entahlah. Bahkan dia tidak tahu orangtuanya
siapa.
Elin
adalah sosok yang sangat baik, suka menolong, dan ramah. Setiap hewan yang
ingin meminta bantuan kepadanya, ia tidak sungkan untuk membantu. Tetapi,
takdir kehidupan tidak sesuai dengan kebaikannya. Elin memiliki salah satu kaki
yang tidak sempurna seperti kelinci pada umumnya. Dulu, saat dia masih teramat
kecil, ia pernah tertangkap oleh pemburu, saat itu kakinya yang satu dipotong
si pemburu karena dia ingin dimasak. Semudah membalikkan telapak tangan, Tuhan
memang baik dan amat sangat baik. Elin sempat melarikan diri saat pemburu
tersebut pergi meninggalkannya sebentar untuk mengambil sesuatu, dan Elin
memanfaatkan waktu itu untuk melarikan diri, kakinya yang satu pada saat itu
bercucuran darah, dan dia lari ke tempat yang aman sekuat tenaganya walaupun
dalam keadaan sakit. Haha, kelinci kecil yang hebat.
Tak
jarang, jika ada beberapa hewan yang iseng dan suka mengejek, Elin terkadang
mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan itu. Elin selalu sedih, jika ada
hewan yang menghina dan mengejeknya. Tetapi itu bukan salah satu alasan untuk
Elin berhenti menjalani hidup ini, karena menurut Elin kekurangan adalah
semangat hidupnya. Dan dia tidak mempedulikan apa kata hewan lain tentang
kekurangannya. Tono, seekor tupai jantan. Tono adalah salah satu hewan yang
suka sekali mengejek, menghina, bahkan suka usil kepada Elin. Walaupun begitu,
kebaikan Elin kepada Tono tidak pernah luntur. Di saat Tono mengejek atau usil
kepadanya, Elin hanya diam. Dan di saat Tono meminta bantuan ke Elin, Elin
selalu membantu. Pada suatu hari, Tono sedang duduk di bawah pohon di sekitar
sungai dan ia merasa bosan, karena tidak ada hal yang asyik untuk dilakukannya.
Tiba-tiba, ia melihat Elin dari kejauhan, timbul pikiran jahat si Tono untuk
mengerjai si Elin, dan Tono mulai menyusun akal bulusnya.
“Aaaaa..
Nnggg… Hikss hikss.. hmm..” Tono menangis dengan sangat kencang, terdengar oleh
si Elin, dan Elin menghampirinya.
“Hei Tono, kenapa kau bersedih?” tanya Elin, penasaran.
“Ngg.. Hikss.. Bis.. sa kah k..kau me..membantuku Elin?” ucap Tono sambil menangis.
“Ya! Tentu saja. Kau mau aku bantu apa?” ucap Elin.
“Bi-bisa kah k..kau meng..ambilkan bajuku y-yang ja tuh di..p-pinggiran sungai i-itu? Aku takuut a.. air,” jawab Tono dengan raut muka yang sedih.
“Tapi kan, danau itu penuh dengan buaya? Bagaimana bisa aku turun ke sana?”
“Kau tak bi..sa membantuku? I.. itu.. adalah baju pemberian Ibuku.” jawab Tono. Tangisan Tono sekarang semakin kencang, meyakinkan Elin supaya Elin kasihan kepadanya. Elin pun masuk ke perangkap Tono.
“Hei Tono, kenapa kau bersedih?” tanya Elin, penasaran.
“Ngg.. Hikss.. Bis.. sa kah k..kau me..membantuku Elin?” ucap Tono sambil menangis.
“Ya! Tentu saja. Kau mau aku bantu apa?” ucap Elin.
“Bi-bisa kah k..kau meng..ambilkan bajuku y-yang ja tuh di..p-pinggiran sungai i-itu? Aku takuut a.. air,” jawab Tono dengan raut muka yang sedih.
“Tapi kan, danau itu penuh dengan buaya? Bagaimana bisa aku turun ke sana?”
“Kau tak bi..sa membantuku? I.. itu.. adalah baju pemberian Ibuku.” jawab Tono. Tangisan Tono sekarang semakin kencang, meyakinkan Elin supaya Elin kasihan kepadanya. Elin pun masuk ke perangkap Tono.
“Hmm,
baiklah. Akan aku ambilkan bajumu. Aku akan turun ke bawah, tunggu sebentar
ya!” ucap Elin, Elin tak kuasa melihat kesedihan Tono dan dia pun turun ke
bawah untuk mengambilkan baju Tono yang jatuh di pinggiran sungai, walaupun
Elin tahu di sungai itu banyak sekali buaya-buaya ganas yang sedang lapar,
tetapi Elin seakan tidak mempedulikan bahaya yang akan mengancam dirinya. Tono
pun tertawa jahat.
Saat Elin
sudah berada di bawah pinggiran sungai, dia sedang berusaha untuk mengambil
baju milik Tono yang saat itu bajunya sangat jauh dari jangkauan tangan Elin.
Dari belakang, Tono diam-diam menghampiri Elin, dan tak lama.. Byuuaarr!!?!
Tono mendorong Elin ke sungai, Tono tertawa jahat seakan tidak merasa berdosa.
Sementara itu Elin yang berteriak minta tolong, terdengar oleh hewan-hewan yang
lain. Kemudian, datanglah beberapa buaya ganas yang sedang lapar ke permukaan
sungai dan semakin mendekati Elin. Tono yang melihat buaya itu, berharap Elin
akan dimakan oleh si buaya. Tak sesuai dengan harapan, buaya tersebut malah
menyelamatkan Elin dan buaya lainnya menangkap si Tono. Tak lama kemudian,
datanglah beberapa hewan yang mendengar teriakan Elin tadi, yaitu gajah,
jerapah, harimau, sapi, dan monyet. Mereka adalah sahabat baiknya si Elin.
“Elin..
Apakah kau baik-baik saja?” tanya sapi.
“Y.. ya, aku baik-baik saja,” jawab Elin.
“Hei Tono, kau kira kami akan memakan Elin? Hahaha, engkaulah yang akan kami makan,” jawab si buaya.
“Hei, ampunilah aku. Aku memang bersalah. Tolooong, jangan makan aku buaya! Elin, bilang kepadanya, selamatkan aku!” ucap Tono.
Elin yang melihat Tono, merasa kasihan.
“Y.. ya, aku baik-baik saja,” jawab Elin.
“Hei Tono, kau kira kami akan memakan Elin? Hahaha, engkaulah yang akan kami makan,” jawab si buaya.
“Hei, ampunilah aku. Aku memang bersalah. Tolooong, jangan makan aku buaya! Elin, bilang kepadanya, selamatkan aku!” ucap Tono.
Elin yang melihat Tono, merasa kasihan.
“Hei
buaya, lepaskanlah dia,” ucap Elin.
“Tapi dia sudah mencelakaimu!” ucap buaya.
“Tidak apa, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan,” jawab Elin sambil tersenyum.
“Terima kasih Elin atas kebaikanmu, aku tidak akan mengulanginya, aku janji,” ucap Tono.
“Iya, baiklah. Baguslah kalau memang begitu.” jawab Elin.
Dan mereka pun sekarang hidup tenang dan damai.
“Tapi dia sudah mencelakaimu!” ucap buaya.
“Tidak apa, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan,” jawab Elin sambil tersenyum.
“Terima kasih Elin atas kebaikanmu, aku tidak akan mengulanginya, aku janji,” ucap Tono.
“Iya, baiklah. Baguslah kalau memang begitu.” jawab Elin.
Dan mereka pun sekarang hidup tenang dan damai.
SELESAI
Cerpen Karangan:
Zilvani Aprianti
3.
Si Pahit Lidah (Rawa Batu Menangis)
Pada zaman
dahulu kala hiduplah seorang Raja dengan Permaisuri-nya yang dikaruniai seorang
putri yang sangat cantik nan anggun, rambutnya selalu terurai hitam panjang,
sang Putri sangat suka mengenakan bando dari rangkain bunga. Setiap hari ia
selalu membuatnya sendiri terkadang pula ketika sang Putri sedang sibuk,
dayang-dayangnya yang merangkaikan bunga-bunga itu menjadi bando.
Pada suatu
hari sang Putri mendengar kabar tentang seorang Ratu di negeri seberang yang
melangsungkan acara pernikahannya dengan mengenakan rangkaian bunga teratai
ungu yang dipadukan dengan bunga anggrek ungu yang dikenakan di kepalanya. Sang
putri pun tertarik dengan rangkaian bunga Ratu di negeri seberang itu. Raja
yang selalu memanjakan putrinya itu pun tak kuasa menolak permintaan putri
tunggalnya itu. Raja pun dengan sendirinya datang ke negeri seberang menemui
sang Ratu yang baru kemarin melangsungkan pernikahan itu. Sayangnya sang Ratu
menolak memberikan rangkaian bunga itu meskipun Raja bersedia membayar berapa
pun yang Ratu minta.
“Maafkan
saya Raja, saya tahu putrimu sangat suka dengan rangkain bunga, seperti apa pun
rangkain bunga yang putrimu minta akan ku berikan khusus padanya. Tapi tidak
untuk yang satu ini,” ujar Ratu. “Saya bisa mengerti, lagi pula rangkaian bunga
itu yang engkau kenakan di pernikahanmu tentunya sangat berharga bagimu,” jawab
Raja.
“Selain karena itu, engkau tentu tahu bunga-bunga ini sangat sulit didapat. Aku pun mendapatkan dari seorang pengembara, ia datang kemari 3 hari sebelum pernikahanku. Dia kelaparan, aku memberinya sedikit makanan dan bekal untuknya kembali mengembara, namun ia kembali datang ke istana pada dini hari di hari pernikahanku, ia memberiku rangkaian bunga ini dan berpesan ini khusus untukku.” ucap Ratu.
“Selain karena itu, engkau tentu tahu bunga-bunga ini sangat sulit didapat. Aku pun mendapatkan dari seorang pengembara, ia datang kemari 3 hari sebelum pernikahanku. Dia kelaparan, aku memberinya sedikit makanan dan bekal untuknya kembali mengembara, namun ia kembali datang ke istana pada dini hari di hari pernikahanku, ia memberiku rangkaian bunga ini dan berpesan ini khusus untukku.” ucap Ratu.
“Siapa
pengembara itu?” tanya Raja.
“Dia tidak menyebutkan namanya, tapi yang ku tahu ia punya sembrani, tentu raja tahu bukan, tidak sembarang orang bisa mengendalikan sembrani,” ujar Ratu.
“Baiklah Ratu terima kasih, maaf telah mengganggu,” ucap Raja.
“Dia tidak menyebutkan namanya, tapi yang ku tahu ia punya sembrani, tentu raja tahu bukan, tidak sembarang orang bisa mengendalikan sembrani,” ujar Ratu.
“Baiklah Ratu terima kasih, maaf telah mengganggu,” ucap Raja.
Raja pun
kembali ke istananya dan menyampaikan kepada sang Putri apa yang Ratu katakan,
namun sang putri tetap tidak mau tahu ia hanya mau rangkaian bunga itu.
Permaisuri pun mengusulkan agar mengadakan sayembara dengan imbalan akan
dikabulkan satu permintaan sang pemenang sayembara. Raja pun menyetujuinya dan
yang akan menilai rangkaian bunga itu adalah sang Putri sendiri. Hingga 3
bulan, belum ada seorang pun yang memenangkan sayembara itu. Sang Putri pun
murung dan tak mau makan. Hingga suatu hari datang seorang pengembara dengan
menuntun kuda sembraninya ke istana. Ia seorang pemuda tampan dengan pedang di
punggungnya, ia menjadi pusat perhatian. Sang Raja pun mempersilahkan si
pengembara itu memasuki istananya, Raja menjamunya dengan baik.
Sang
Pengembara pun menjelaskan maksud kedatangannya untuk mengikuti sayembara. Raja
pun memanggil sang Putri yang mengurung diri di kamar. Sang Pengembara pun
tercengang melihat sang Putri yang sedang melangkah menghampirinya di salembo.
Sejenak sang Putri melirik ke arah sang Pengembara yang sedari tadi duduk
menatapnya. Raja pun menyampaikan pada sang Putri maksud ia memanggilnya.
“Benarkah
Ayah, mana bunga itu?” tanya Putri.
“Kau tanyakanlah sendiri pada pemuda yang ada di hadapanmu sekarang putriku,” ujar Raja.
“Tuan, mana bungamu?” tanya Putri.
“Sesuai janjimu kan putri, kau akan mengabulkan satu permintaan bagi pemenang sayembara,” ucap Pengembara.
“Tentu saja tuan pengembara.” jawab Putri. Sang Pengembara pun memberikan rangkaian bunga yang bahkan lebih indah dari bunga milik sang Ratu di negeri seberang itu. Sang Putri pun langsung menerima bunga itu. Wajahnya nampak semakin cantik dengan rangkaian bunga itu yang langsung ia kenakan di kepalanya.
“Kau tanyakanlah sendiri pada pemuda yang ada di hadapanmu sekarang putriku,” ujar Raja.
“Tuan, mana bungamu?” tanya Putri.
“Sesuai janjimu kan putri, kau akan mengabulkan satu permintaan bagi pemenang sayembara,” ucap Pengembara.
“Tentu saja tuan pengembara.” jawab Putri. Sang Pengembara pun memberikan rangkaian bunga yang bahkan lebih indah dari bunga milik sang Ratu di negeri seberang itu. Sang Putri pun langsung menerima bunga itu. Wajahnya nampak semakin cantik dengan rangkaian bunga itu yang langsung ia kenakan di kepalanya.
“Ini indah
sekali, bahkan lebih indah dari milik sang Ratu,” ujar Putri.
“Ini lebih dari istimewa untukmu tuan Putri,” jawab Pengembara.
“Apa permintaanmu tuan?” tanya Putri.
“Aku ingin meminangmu tuan Putri,” jawab Pengembara.
“Apa?! lancang sekali kau, kau pikir kau siapa beraninya meminangku?” ucap Putri.
Mendengar kalimat sang Putri, si pengembara pun mulai agak marah, sang penasihat yang melihat raut wajah sang pengembara dari sebwrang salembo pun segera menghampiri Raja dan Permaisuri dan membisikkan sesuatu tentang si pengembara itu.
“Ini lebih dari istimewa untukmu tuan Putri,” jawab Pengembara.
“Apa permintaanmu tuan?” tanya Putri.
“Aku ingin meminangmu tuan Putri,” jawab Pengembara.
“Apa?! lancang sekali kau, kau pikir kau siapa beraninya meminangku?” ucap Putri.
Mendengar kalimat sang Putri, si pengembara pun mulai agak marah, sang penasihat yang melihat raut wajah sang pengembara dari sebwrang salembo pun segera menghampiri Raja dan Permaisuri dan membisikkan sesuatu tentang si pengembara itu.
“Putriku,
kau tidak boleh seperti itu,” ucap Permaisuri.
“Kau harus menepati janjimu, itu permintaannya, ayolah putriku,” bujuk Raja.
“Tidak Ayahanda, Ibunda, aku tidak mau menikah dengan kaum seperti dia, menjijikkan!” ucap Putri.
“Tajam sekali ucapanmu Putri, sombong!” ucap pengembara.
“Kau harus menepati janjimu, itu permintaannya, ayolah putriku,” bujuk Raja.
“Tidak Ayahanda, Ibunda, aku tidak mau menikah dengan kaum seperti dia, menjijikkan!” ucap Putri.
“Tajam sekali ucapanmu Putri, sombong!” ucap pengembara.
“Putriku,
jangan buat dia marah!” ucap Permaisuri. “Harusnya kau sadar diri, kau bukan
pangeran ataupun keluarga dari bangsawan sedangkan aku? aku adalah sang putri!”
ujar Putri.
“Wajahmu cantik putri, tapi sayang ucapanmu tajam seperti duri, hatimu pun sekeras batu, kau tak mau peduli dengan kaum sepertiku. Kau tak pantas menjadi pemimpin negeri ini.” ucap Pengembara. Sang Putri pun hanya memalingkan wajah. “Dasar batu!” ucap Pengembara. Sang Pengembara pun berlalu pergi, tiba-tiba cuaca menjadi sangat mendung, petir pun menggelegar habat dan sang Putri perlahan tubuhnya mulai tidak bisa digerakan dan membatu.
“Wajahmu cantik putri, tapi sayang ucapanmu tajam seperti duri, hatimu pun sekeras batu, kau tak mau peduli dengan kaum sepertiku. Kau tak pantas menjadi pemimpin negeri ini.” ucap Pengembara. Sang Putri pun hanya memalingkan wajah. “Dasar batu!” ucap Pengembara. Sang Pengembara pun berlalu pergi, tiba-tiba cuaca menjadi sangat mendung, petir pun menggelegar habat dan sang Putri perlahan tubuhnya mulai tidak bisa digerakan dan membatu.
“Ayahanda,
ibunda… apa yang terjadi padaku?” ucap Putri.
“Putriku..” ucap Raja dan Permaisuri.
“Putriku..” ucap Raja dan Permaisuri.
Sang putri
akhirnya berubah menjadi patung batu akibat kutukan si pengembara itu. Patung
tuan Putri itu selalu mengeluarkan air dari matanya seperti seseorang yang
menangis. Halaman di sekitar salembo pun menjadi banjir dan rangkaian bunga
yang dikenakan sang Putri tumbuh subur semakin banyak. Karena volume air
semakin banyak akhirnya menjelma menjadi rawa dan dijuluki, “Rawa Batu
Menangis”
SELESAI
Cerpen
Karangan: Nabilah
Jakarta,
11 november 2011. Aku rona aku hanyalah anak berkacamata berumur 14 tahun.
Tahun ini, keluarga aku memutuskan untuk pergi liburan ke luar kota, tetapi keluarga
aku belum memutuskan untuk pergi ke mana. Saat ayah mencari destinasi liburan
di internet, ayah menemukan destinasi liburan yang tepat yaitu, di sebuah pulau
di daerah lombok yang memiliki hutan lebat, flora fauna yang cantik-cantik dan
indah-indah. Keluarga aku memutuskan untuk liburan di sana. Di sana kami
menginap di resort di pulau itu, kira ku pulau itu kecil tapi pulau itu besar
sekali. Keesokan harinya saat pagi hari, hari pertama saat liburan, kami
memutuskan untuk pergi ke pantai. Sesampai di pantai itu banyak anak-anak,
ibu-ibu, bapak-bapak, remaja-remaja bermain-main sangat ceria. Tapi aku sangat
malas untuk bermain-main di pantai akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan
di daerah sekitar.
“Jangan
jauh-jauh ya Nak,” kata ibuku.
Aku berkata, “Oke Bu.”
Aku berkata, “Oke Bu.”
Ternyata
berjalan-jalan di sekitar pantai enak juga menikmati hembusan angin yang sejuk,
burung berkicau-kicau dengan ceria sungguh nikmat. Sampai akhirnya suasana itu
berakhir sesampai aku melihat sebuah pintu yang besar menutupi sebuah gua.
Pintu itu dipaku tiga batang kayu dan pintu itu bertulis, “Dilarang masuk!”
kata-kata itu membuat hatiku penasaran hingga akhirnya aku membuka kayu-kayu
itu dan pintunya.
Saat aku
masuk aku menemukan tulang belulang hewan-hewan besar seperti tulang dinosaurus
aku juga menemukan tulang harimau besar dengan taring yang besar dalam benakku
aku berkata, “Wah tulang ini seperti tulang harimau saber tooth!” akhirnya gua
itu berakhir dengan sebuah tombol merah, aku penasaran dan akhirnya keluarlah
sebuah portal yang menghisapku untuk masuk, aku ketakutan histeris dan akhirnya
aku masuk ke portal itu sambil berteriak, “Aaaaaa!!!” bukkk aku terjatuh dan
pingsan.
Aku
terbangun dengan kepala yang sakit sangat pusing sangat pusing! Mataku
berbayang bayang saat ingin melihat daerah sekitar ternyata aku terjatuh di
daerah yang luas, ternyata aku melihat dinosaurus yang sangat besar, untungnya
itu dinousauarus herbivora tapi aku kira ini mimpi. Berkali-kali aku mencubit
diriku sendiri tetapi ini asli! Aku sangat terkagum menjadi manusia yang
pertama melihat dinosaurus hidup, sambil berjalan jalan aku menemukan satu
manusia tetapi dia berbeda. Dia menggunakan baju seperti baju orang zaman batu
aku merasa penasaran akhirnya aku menyapanya.
“Hai nama
aku Rona aku berumur 14 tahun bolehkah aku bertanya?”
Manusia itu berkata. “Hai namaku Zuka aku berumur 13 tahun, apa yang ingin kau tanyakan?”
Aku berkata, “Begini, di mana aku sekarang dan tanggal berapa sekarang?”
“Oh, kau ada di fentersland dan sekarang tahun 1245 (1.000.000 sm)”
“Wah, ajaib sekali aku dari indonesia dan aku dari tahun 2011 sesudah masehi.”
“Oh kamu pasti datang dari portal, maukah kamu aku antarkan pulang? Sambil mengenali hewan dan dinosaurus pada tahun ini!”
“Tentu saja!”
Manusia itu berkata. “Hai namaku Zuka aku berumur 13 tahun, apa yang ingin kau tanyakan?”
Aku berkata, “Begini, di mana aku sekarang dan tanggal berapa sekarang?”
“Oh, kau ada di fentersland dan sekarang tahun 1245 (1.000.000 sm)”
“Wah, ajaib sekali aku dari indonesia dan aku dari tahun 2011 sesudah masehi.”
“Oh kamu pasti datang dari portal, maukah kamu aku antarkan pulang? Sambil mengenali hewan dan dinosaurus pada tahun ini!”
“Tentu saja!”
Kami
berjalan bersama sambil mengamati hewan dan dinosaurus sekitar Zuka berkata.
“Ini sabertooth tiger dia berukuran 3-4 meter dan berbobot sebesar 90 kg hewan ini adalah hewan predator besar hewan ini adalah hewan karnivora,”
“Wahh! buas dan besar sekali kita harus berhati-hati jika ingin mengamati hewan ini kalau tidak bisa kita jadi mangsanya!”
Hmm, betul juga kita tidak boleh terlalu dekat! oke lanjut ke hewan yang lain!”
“Oke.” sambil berjalan kami menemukan dinosaurus paralititan yang sangat besar sedang minum air.
“Ini dinosaurus paralititan panjang dinosarus ini 28 meter dan berat 1 ton lebih dinosaurus ini dijuluki si leher panjang karena lehernya sangat panjang!”
“Wahh, besar sekali.”
“Betul sekali ayo kita lanjutkan petualangan kita,”
“Ayo.”
“Ini sabertooth tiger dia berukuran 3-4 meter dan berbobot sebesar 90 kg hewan ini adalah hewan predator besar hewan ini adalah hewan karnivora,”
“Wahh! buas dan besar sekali kita harus berhati-hati jika ingin mengamati hewan ini kalau tidak bisa kita jadi mangsanya!”
Hmm, betul juga kita tidak boleh terlalu dekat! oke lanjut ke hewan yang lain!”
“Oke.” sambil berjalan kami menemukan dinosaurus paralititan yang sangat besar sedang minum air.
“Ini dinosaurus paralititan panjang dinosarus ini 28 meter dan berat 1 ton lebih dinosaurus ini dijuluki si leher panjang karena lehernya sangat panjang!”
“Wahh, besar sekali.”
“Betul sekali ayo kita lanjutkan petualangan kita,”
“Ayo.”
Saat kami
berjalan aku merasa kelaparan perutku bersuara.
Zuka berkata, “Kamu lapar?”
Aku berkata, “Iya.”
“Oke ayo kita cari makan.”
“Ayo.”
Zuka berkata, “Kamu lapar?”
Aku berkata, “Iya.”
“Oke ayo kita cari makan.”
“Ayo.”
Zuka
langsung melihat seekor rusa yang sedang makan rumput, Zuka mengeluarkan panah
dan anak panahnya, menetapkan anak panah di panah. Tanpa basa-basi dia langsung
menembak anak panahnya ke rusa. Rusa itu perlahan mati. Hari mulai malam kami
memutuskan untuk bermalam di gua sambil makan daging bakar rusa. Keesokan
paginya kami pergi melintas ke arah sungai. Kami menemukan stomatosuchus sedang
berenang.
“Hati-hati
dinosaurus itu termasuk predator besar di air jangan terkalu dekat dia bisa
memangsa kita.”
“Oke aku mengerti, tapi dinosaurus itu seperti buaya besar.”
“Iya dinosaurus itu berkerabat dengan buaya oleh sebab itu mereka sangat mirip.” kami berjalan menelusuri sungai hingga bertemu lahan luas.
“Tunggu sepertinya aku mendengar suatu. Itu kumpulan rugops sedang berlari!! Lari atau kita terseruduk!!!” kami berlari terengah-engah, tapi kerumunan itu terlalu padat sehingga Zuka terseruduk hingga terlempar ke sungai yang deras.
“Oke aku mengerti, tapi dinosaurus itu seperti buaya besar.”
“Iya dinosaurus itu berkerabat dengan buaya oleh sebab itu mereka sangat mirip.” kami berjalan menelusuri sungai hingga bertemu lahan luas.
“Tunggu sepertinya aku mendengar suatu. Itu kumpulan rugops sedang berlari!! Lari atau kita terseruduk!!!” kami berlari terengah-engah, tapi kerumunan itu terlalu padat sehingga Zuka terseruduk hingga terlempar ke sungai yang deras.
Aku
berkata, “Zukaaaaa.” aku langsung berlari dan loncat ke sungai itu untuk
menyelamatkan Zuka untungnya aku bisa berenang. “Zuka! Zuka apa kau baik-baik
saja?”
Zuka berkata, “Ya aku baik-baik saja, terima kasih sudah menyelamatkanku.”
“Iya sama-sama.”
Zuka berkata, “Ya aku baik-baik saja, terima kasih sudah menyelamatkanku.”
“Iya sama-sama.”
Kami
berjalanan bersama, kami menemukan sekelompok alanqa terbang. “Itu reptil
terbang alanqa panjangnya 4 meter, aku kurang tah beratnya sih.”
Aku berkata, “Tidak apa itu sudah memberi informasi terhadapku.”
“Ok. Terima kasih.”
“Tak perlu berterima kasih.”
Aku berkata, “Tidak apa itu sudah memberi informasi terhadapku.”
“Ok. Terima kasih.”
“Tak perlu berterima kasih.”
Sampai
akhirnya kami menemukan gua. Di dalam gua itu ada tombol merah untukku pulang.
Zuka berkata, “Ini jalanmu pulang Rona..”
“Terima kasih Zuka telah menuntunku untuk pulang dan mengenaliku tentang dinosaurus dan hewan-hewan, aku akan selalu mengingatmu Zuka, selamat tinggal Zuka.”
Zuka berkata, “Terima kasih aku juga akan selalu mengingatmu daaahh.”
“Daahh.” aku masuk ke portal dan jatuh di lokasi yang sama aku masuk, aku ke luar dari gua itu dan hari sudah sore, aku kembali ke resort di mana aku menetap. Dan petualangan itu berakhir seru.
“Terima kasih Zuka telah menuntunku untuk pulang dan mengenaliku tentang dinosaurus dan hewan-hewan, aku akan selalu mengingatmu Zuka, selamat tinggal Zuka.”
Zuka berkata, “Terima kasih aku juga akan selalu mengingatmu daaahh.”
“Daahh.” aku masuk ke portal dan jatuh di lokasi yang sama aku masuk, aku ke luar dari gua itu dan hari sudah sore, aku kembali ke resort di mana aku menetap. Dan petualangan itu berakhir seru.
Cerpen
Karangan: M. Rifan Ikl
5.
Sampah
“Felly! Lo
yakin kita bakalan menciptakan yang begituan? Bukannya temanya flora sama
fauna?” tanya Bram yang masih menentang pikiran Felly tentang rancangan baju
yang akan mereka garap untuk acara Fhasion Show minggu depan. Menyambut hari
jadi kota mereka.
“Tahu, nih! Bukannya itu terlalu menghina jika mereka tahu bahan yang kita buat, Fel!” lanjut Riska yang masih terus berpikir tentang otak Felly yang aneh saat ini.
“Nggak biasanya lo berpikiran rendah seperti ini, Fel! Lagian, lo juga dari mana sih dapet ide begituan?! Kalau lo kena penjara, jangan bawa-bawa nama kita yah, Fel!” lirik Billy sinis.
“Tahu, nih! Bukannya itu terlalu menghina jika mereka tahu bahan yang kita buat, Fel!” lanjut Riska yang masih terus berpikir tentang otak Felly yang aneh saat ini.
“Nggak biasanya lo berpikiran rendah seperti ini, Fel! Lagian, lo juga dari mana sih dapet ide begituan?! Kalau lo kena penjara, jangan bawa-bawa nama kita yah, Fel!” lirik Billy sinis.
“Guys,
mereka kan tidak membatasi ide yang kita keluarkan! Lagi pula, mereka juga
bakalan suka dengan design kita kalau itu benar-benar bagus! Dan, gue yakin
itu!”
“Tapi! Ide lo gila Felly! Gue tahu lo adalah anak yang paling baik dalam mendesign baju dibandingkan dengan anak-anak remaja di sekolah ini yang mempunyai kemampuan dalam bidang yang sama. Tapi, apa nggak salah kalau lo bakalan menggunakan sampah untuk bahan pokok dan dasar dari design baju kita?! Terlalu rendahan Felly! Mereka semua memakai bahan kain sutra dan juga pernak-pernik yang mewah! Sedangkan lo? Lo pakai sampah dan kain perca batik! Percuma model kita bagus kalau pakaiannya nggak bagus!” jawab Riska.
“Tapi! Ide lo gila Felly! Gue tahu lo adalah anak yang paling baik dalam mendesign baju dibandingkan dengan anak-anak remaja di sekolah ini yang mempunyai kemampuan dalam bidang yang sama. Tapi, apa nggak salah kalau lo bakalan menggunakan sampah untuk bahan pokok dan dasar dari design baju kita?! Terlalu rendahan Felly! Mereka semua memakai bahan kain sutra dan juga pernak-pernik yang mewah! Sedangkan lo? Lo pakai sampah dan kain perca batik! Percuma model kita bagus kalau pakaiannya nggak bagus!” jawab Riska.
“Oke. Gue
berani nantangin kalian kalau design gue bakalan jadi yang terbaik! Toh, model
kita juga berdarah luar. Lo, tahu kan kalau Larissa berturunan Spanyol. Dia
nggak akan malu kalau sedikit membuka pahanya yang mulus dengan gaun ekor
panjang dan juga mahkota yang indah. Toh, sandalnya nggak akan polos dengan
pernak-pernik itu aja. Gua bakalan menambah pernak-pernik yang akan membuat
kakinya lebih anggun dan terlihat seksi. Apalagi, kakinya dia jenjang. Percuma
kalau nggak dimanfaatin!”
“Oke, gue
akan terima dengan design lo! Tapi, jangan suruh gue untuk belanja bahannya di
toko yang telah ditentukan oleh sekolah ini. Malu, Fel kalau ketemu dengan anak
desainer kelas lain. Billy aja yang berangkat!” ucap Bram.
“Siapa juga yang bakalan nyuruh lo! Emang lo aja yang bakalan belanja bahan-bahannya? Kita semua kali yang bakalan belanja bahan-bahannya!”
“Siapa juga yang bakalan nyuruh lo! Emang lo aja yang bakalan belanja bahan-bahannya? Kita semua kali yang bakalan belanja bahan-bahannya!”
Mereka
semua melolot dengan raut wajah memelas. Akan tetapi, Felly tidak mempedulikan
mereka semua. Melangkah meninggalkan ruangan bengkel tempat mereka mengerjakan
baju itu. Apa boleh buat setelah mereka mendapatkan campakan dari Felly. Mereka
membuntuti Felly dari belakang. Menjalankan roda mobil mereka untuk ke toko
yang sudah ditentukan dan membeli pernak-pernik yang mereka butuhkan.
Sesampainya di sana, ia mendapatkan pemandangan yang sangat eksotis saat
desainer saingannya menghampirinya dengan manyakan design miliknya. Tanpa rasa
malu, Felly menjawabnya dengan tegas dan percaya diri. Hal tersebut membuat
mereka tertawa.
Bagi
mereka, Felly yang saat ini ada di depan mereka bukanlah Felly yang mereka hadapi.
Mereka mengenal Felly dengan design-design yang glamour dan eksotis. Tentunya,
dengan bahan-bahan yang sesuai dengan namanya. Glamour. Harganya pun tidak
diragukan untuk menjual satu mobil. Hanya untuk bahan. Belum perlengkapan.
Setelah Felly berbelanja, ia menjalankan roda mobilnya ke arah butik mamanya.
Mencari kain perca yang ia cari. Yah… kain batik. Berbagai kain batik telah
diproduksi oleh butik mamanya untuk berbagai gaun yang mereka ciptakan sendiri.
Banyak pegawai yang menanyakan hal tersebut kepada Felly. Karena, bagi pegawai
mamanya, Felly tidak pernah datang untuk memungut sampah dari butik itu.
Melainkan mencari data kain termahal yang biasa digunakan oleh butik mamanya.
Sedangkan,
sekarang sebaliknya. Felly memakai kain batik yang digunakan untuk selipan
hiasan gaun saja. Bahkan, Felly memesan ke toko butik mamanya untuk
mendatangkan kain perca dari cabang butik mamanya dalam beberapa hari.
Tentunya, pegawai mereka menuruti permintaan anak majikannya itu. Sedangkan
Bram, Billy dan Riska, mencemaskan design Felly. Mereka takut akan memalukan
timnya. Mengingat, namanya yang telah berulang kali terbit di media massa.
Serta, design mereka yang berulang kali dicari oleh orang kalangan atas untuk
diganti dengan uang. Sesampainya mereka dari perjalanan membeli bahan-bahan
yang mereka butuhkan, mereka mulai membuat designnya menjadi benda nyata yang
dapat dipakai oleh sang modelnya. Dalam artian lain, mewujudkan sketsa mereka.
Billy
menggarap untuk sandalnya. Ia memulai dengan menata burcinya dalam selipan
benang yang telah terikat dengan jarumnya. Bram, masih memikirkan mahkota yang
tepat bersama Riska. Tentunya, dengan berbagai perdebatan dari keduanya. Akan
tetapi, tetap menjadi satu ide pokok untuk mewujudkan hasil perdebatan mereka
berdua. Tentunya, dengan pendapat Felly dan Billy. Felly, tidak hanya diam
dengan memperhatikan rekan-rekannya bekerja, ia mulai membentuk bunga mawar
dari limbah plastik yang ia kumpulkan dari sampah dan mencucinya hingga bersih.
Menjahitnya dengan sematan renda emas di sampingnya. Nuansa full colour yang
ada dalam bunga plastiknya akan memperindah gaunnya yang penuh bunga dengan
batik yang glamour.
“Felly,
ada yang kurang bahannya!” seru Bram di tengah ia mulai membentuk pola
mahkotanya.
“Apaan?” tanya Felly tanpa menoleh ke arah Bram.
“Lihat gue, dodol!” Felly pun menoleh dan menghentikan mesin jahitnya.
“Nih, lihat sketsa gue sama Riska! Kita butuh bulu berwarna untuk menghias sampingnya. Tentor utara yang ada di samping telinga akan gue kasih warna merah dan biru dengan paduan emas. Untuk pasangan atasnya, gue kasih bulu dengan bentuk helaian daun. Menyematkan burci di sana dengan bunga mawar yang lo contohkan. Sehingga, bisa serasi dengan bajunya.”
“Apaan?” tanya Felly tanpa menoleh ke arah Bram.
“Lihat gue, dodol!” Felly pun menoleh dan menghentikan mesin jahitnya.
“Nih, lihat sketsa gue sama Riska! Kita butuh bulu berwarna untuk menghias sampingnya. Tentor utara yang ada di samping telinga akan gue kasih warna merah dan biru dengan paduan emas. Untuk pasangan atasnya, gue kasih bulu dengan bentuk helaian daun. Menyematkan burci di sana dengan bunga mawar yang lo contohkan. Sehingga, bisa serasi dengan bajunya.”
“Mana ada
bulu berwarna-warni?” sela Billy di tengah ia mengggarap tugasnya.
“Makanya itu, Bil. Itulah kendalanya.”
“Tinggal ganti design lain aja!”
“Enak aja lo, tinggal bilang begitu! Nggak! Gue nggak mau terima tentang begituan! Lo pikir cari ide nggak susah apa? Gue aja ampe debat sama Riska!”
“Iya, iya. Terserah lo, deh! Emang, mau cari bulu di mana? Warna-warni pula! Nyabut bulu bebek dari peternak bebek?! Belum sampai dicabut, lo bakalan kalang kabut sama mulutnya tuh bebek!”
“Makanya itu, bantuin pecahin masalahnya kenapa?! Lo jangan ribut sama tuh sandal! Entar kalau mahkotanya nggak jadi gimana? Kita bakalan pakai jepit biasa? Atau cuma menghias dengan model rambut?! Nggak etis man!”
“Makanya itu, Bil. Itulah kendalanya.”
“Tinggal ganti design lain aja!”
“Enak aja lo, tinggal bilang begitu! Nggak! Gue nggak mau terima tentang begituan! Lo pikir cari ide nggak susah apa? Gue aja ampe debat sama Riska!”
“Iya, iya. Terserah lo, deh! Emang, mau cari bulu di mana? Warna-warni pula! Nyabut bulu bebek dari peternak bebek?! Belum sampai dicabut, lo bakalan kalang kabut sama mulutnya tuh bebek!”
“Makanya itu, bantuin pecahin masalahnya kenapa?! Lo jangan ribut sama tuh sandal! Entar kalau mahkotanya nggak jadi gimana? Kita bakalan pakai jepit biasa? Atau cuma menghias dengan model rambut?! Nggak etis man!”
“Lo punya
ide nggak, Fel?” tanya Riska setelah muak mendengar ocehan kedua teman
laki-lakinya. Felly hanya terdiam. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Menerawang entah ke mana. Namun, Bram menyadarkannya dengan getakan dan juga
sentuhan senggol ke lengan Felly yang tengah bersedekap di depan dadanya.
“Lo kenapa, hah?” tanya Bram. Felly menoleh. Lalu, menggeleng.
“Butik mama lo, kira-kira ada nggak, Fel?” tanya Billy. Felly hanya mengangkat bahunya. Ia tetap memandang benda mentah yang belum jadi yang ada di depannya dengan pikiran yang serius.
“Lo kenapa, hah?” tanya Bram. Felly menoleh. Lalu, menggeleng.
“Butik mama lo, kira-kira ada nggak, Fel?” tanya Billy. Felly hanya mengangkat bahunya. Ia tetap memandang benda mentah yang belum jadi yang ada di depannya dengan pikiran yang serius.
“Mungkin
ada. Tapi, tidak bulu yang hewan. Melainkan, bulu baju yang biasa digunakan
oleh orang luar saat musim dingin selain jaket dan sarung tangan.”
“Bukan, Fel. Gue butuh yang hewan.”
“Rok rame dengan remblehan gaun belakang,” gumam Felly mengelus dagunya frustasi.
“Mahkotanya, kita ganti gimana?” tanya Billy.
“Jangan, gue akan usahakan cari bulunya!” ucap Felly meninggalkan mereka dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
“Oh, ya Bil! Buatin kalungnya yah…” lanjut Felly setelah ia mengingat sesuatu yang kurang.
“Kalung tempel?”
“Yah.. kreasikan sendiri dengan burci lo dan juga bunga yang gue buat.”
“Bukan, Fel. Gue butuh yang hewan.”
“Rok rame dengan remblehan gaun belakang,” gumam Felly mengelus dagunya frustasi.
“Mahkotanya, kita ganti gimana?” tanya Billy.
“Jangan, gue akan usahakan cari bulunya!” ucap Felly meninggalkan mereka dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
“Oh, ya Bil! Buatin kalungnya yah…” lanjut Felly setelah ia mengingat sesuatu yang kurang.
“Kalung tempel?”
“Yah.. kreasikan sendiri dengan burci lo dan juga bunga yang gue buat.”
Billy pun
menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya. Mendengus napas beratnya dan mengacak
rambutnya frustasi. Bram dan Riska tertawa tertahan melihat tingkah Billy.
Sedangkan, Felly tenggelam dalam imajinasi pikirannya. 5 jam mereka mengerjakan
designnya. Saat jam pulang, Felly masih menyegel teman-temannya untuk
mengerjakan tugasnya. Banyak beberapa bagian yang sedikit dirubah. Kebiasaan
Felly. Kerja keras tanpa mengenal waktu. Terkadang, Felly membiarkan temannya
kelaparan di jam makan mereka. Dan hal tersebut berlalu selama 5 hari. Hingga
akhirnya, saat sentuhan terakhir hampir selesai, mereka dikagetkan oleh kabar
yang telah didengar oleh Bram. Yah.. temanya adalah fauna dan flora. Mereka
tidak memberikan sentuhan tentang itu.
Mereka
hanya menggunakan bahan fauna. Bukan seperti fauna. Mengubah mahkota mereka?
Tidak mungkin. Waktu mengerjakannya akan lama jika menginginkan hasil yang
sempurna. Mereka semua kalang kabut dengan kabar itu. Wajah cemas dan bingung
merayap di wajah mereka. Akan tetapi, Felly bersikap tenang dan datar dengan
pikiran yang begitu serius. Seakan, pikirannya semakin memanas untuk
mencocokkan gaun dan perlengkapannya. Felly berjalan ke arah meja besar. Meja
yang biasa mereka gunakan untuk menyusun sketsa. Dan… di sanalah ide Felly
muncul. Sayap. Yah.. sayap elang yang terbuka lebar. Dengan warna cokelat yang
berpadu putih. Kemucing. Yah.. itulah bahan dasarnya.
Bram pun
mulai menggambarnya dengan tangan grafitinya. Sedangkan Billy, ke luar membeli
bahan yang dibutuhkan. Riska dan Felly membantu Bram untuk mewujudkan hal
tersebut. Bulu mahkota. Sampai sekarang, mereka belum menemukan bulu tersebut.
Mereka terus berpikir tentang bulu itu. Hingga akhirnya, mereka menemukan
solusinya. Yah… mereka menggunakan bahan kemucing. Mencelupkannya dalam cat,
mengeringkannya satu per satu. Kerena, mereka berpikir. Apabila mereka
menggunakan bulu yang sama dengan sayapnya, gaun tersebut akan bernuansa mati
karena warna yang sama. Sedangkan, gaun yang akan digunakan oleh sang model
berwarna color full. Bagaimana tidak, hal tersebut memiliki kendala tersendiri
bagi mereka. Sehingga, mereka harus bekerja lebih ekstra dari sebelumnya.
Banyak
desainer lain yang menertawakan mereka kerena terlihat kuno saat melihat
sematan batiknya. Akan tetapi, mereka belum melihat keseluruhan gaun ciptaan
mereka. Felly bersumpah akan kemenangannya. Baginya, gaun ini adalah gaun
inovasi pertama bagi Felly. Dalam artian, untuk pertama kalinya Felly
menciptakan gaun dari sampah.
Dua hari telah mereka lalui dengan kerja super gila. Hingga tiba saatnya, Larissa berdiri di atas panggung dengan busana paling berbeda. Dengan sentuhan make-up yang membuat matanya tajam serta lipstik merah dengan polesan bentuk di bibirnya, menambah seksi bibirnya. Jalan lurusnya, tegakan dagunya, serta goyangan berbaliknya sama dengan yang Felly ajarkan tanpa ada kesalahan dan merusak pesona ekor gaunnya.
Dua hari telah mereka lalui dengan kerja super gila. Hingga tiba saatnya, Larissa berdiri di atas panggung dengan busana paling berbeda. Dengan sentuhan make-up yang membuat matanya tajam serta lipstik merah dengan polesan bentuk di bibirnya, menambah seksi bibirnya. Jalan lurusnya, tegakan dagunya, serta goyangan berbaliknya sama dengan yang Felly ajarkan tanpa ada kesalahan dan merusak pesona ekor gaunnya.
Kalung
tempel yang dibuat oleh Billy dengan bahan dasar kain perca dan juga sedikit
sentuhan pernak-perniknya, membuat segalanya terlihat sempurna. Saat Larissa
telah menampilkan show gaun mereka, pengumuman akan gaun terbaik terlontar.
Terdengar jantung mereka berdegup kencang. Berteriak dengan rasa takut dan
cemas. Begitu pun dengan Larissa. Copot!!! Jantung mereka terasa copot saat
Felly membelalakkan matanya. Kaget dan teguncang saat mahkota penghargaan
beserta dengan piala dan bingkisan bunga berada dalam genggamannya. Billy dan
Bram menghela napas lega. Sedangkan Riska berteriak gembira dengan memeluk
Felly histeris. Mereka merayakan kemenangan ini. Inovasi terbaru untuk tim
mereka.
Setelah
mereka turun dari panggung, mereka menerima wawancara dari beberapa media
sosial yang berebut untuk mendapat jawaban dari Felly tentang batik. Mulai dari
kenapa? Mengapa? Bagaimana? Dan dari mana Felly mendapatkan ide batik yang
terkesan kuno berubah menjadi glamour saat berada di tangan Felly. Felly hanya
menjawab bahwa ia ingin mempertahankan warisan budaya negaranya. Serta,
melaksanakan pesan papanya yang telah meninggal. “Jagalah negaramu, dan di sanalah
kau menjaga hidupmu. Negaramu adalah napasmu. Negaramu, adalah nyawamu. Dan
negaramu adalah cintamu.”
Saat sesi
wawancara telah selesai, Felly tengah ditunggu oleh seseorang di ruang sesi
pertemuan. Mereka mendapatkan tawaran untuk desainer butiknya di luar negeri.
Bahkan orang itu nekat memberikan kehidupan layak di sana bila Felly mau
menerima tawaran mereka untuk pergi ke luar negeri setelah lulus SMA. Felly
mendiskusikan dengan timnya. Dan, ia memutuskan untuk pergi bersama-sama dengan
teman-temannya. Dengan syarat, orang itu harus mau menerima design Felly yang
selalu tersemat batik di dalamnya tanpa menghilangkan warisan budayanya. Orang
itu setuju dan menandatangani kontrak kerjanya dengan Felly yang berniat untuk
mengenalkan batik pada dunia dan menunjukkan keelokan negara Indonesia dengan
baju rancangannya.
Cerpen
Karangan: Pratiwi Nur Zamzani
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.pengertianku.net/2014/11/pengertian-cerpen-dan-strukturnya-dilengkapi-unsur-unsurnya.html
0 komentar:
Posting Komentar